+62 (0717) 422145
Link Penting UBB

UBB On The Road

Universitas Bangka Belitung On The Road
06 November 2023 | 10:51:33 WIB


Melalui Kegiatan PMTU, Dosen UBB Tengelamkan Artificial Reefs Berbahan FABA di Pulau Ketawai



Bangka Tengah, UBB-- Dosen Universitas Bangka Belitung yang tergabung dalam kelompok pengabdian pada masyarakat tahun 2023 dengan skema Pengabdian Tingkat Universitas (PMTU) laksanakan kegiatan rehabilitasi ekosistem karang menggunakan terumbu buatan dengan memanfaatkan fly ash bottom ash (faba) di Pulau Ketawai, Bangka Tengah, pada Minggu (29/10/23).


Kegiatan PMTU ini dilaksanakan oleh M. Rizza Muftiadi,S.Si.,M.Si dosen Manajemen Sumberdaya Perairan sebagai ketua Tim, dengan anggota Henri, S.Si.,M.Si dosen Biologi, Arthur M. Farhaby, S.Si., M.Si dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, Adriyansyah, S.T., M.Si. dosen Matematika, dan I Nyoman Pasek Darmawan,S.Pd.,M.Pd dosen Sastra Inggris. 

Kegiatan ini dapat terlaksana berkat kerjasama UBB dengan Pemerintah Desa Kurau Barat, selain itu, kegiatan PMTU ini didukung PLTU Air Anyir Bangka.


 


Tim PMTU sedang berdiskusi tentang pemanfaatan FABA  dan metode penenggelaman TKB (tim PMTU)

Tema yang diangkat pada PMTU ini adalah pada bidang kemaritiman yaitu 1) Teknologi pemanfaatan sumberdaya maritim, 2) Pengelolaan ekosistem perairan terpadu, 3) Perencanaan pengembangan wilayah sehingga terbangunnya potensi unggulan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil pada tahun 2025. Hal ini dapat terwujud dengan pemberdayaan sumberdaya manusia lokal dalam pemanfaatan teknologi dibidang perikanan dan Kegiatan PMTU ini selaras dengan Renstra pengabdian Universitas Bangka Belitung bidang Kemaritiman. 


Menurut M. Rizza, kegiatan ini didasari oleh Tingginya wisatawan berkunjung ke Pulau ini. Salah satu kegiatan yang dilakukan wisatawan di Pulau Ketawai adalah snorkeling di ekosistem terumbu karang. Wisatawan yang snorkeling ini sering kali menginjak-injak karang tersebut yang dapat menyebabkan cabang karang menjadi patah dan mengganggu aktifitas polip karang itu sendiri. 


Hal ini dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem dan mempercepat degradasi terumbu karang tersebut. Jangkar yang digunakan sebagai tambat labuh dilokasi snorkeling dapat ikut merusak terumbu karang tersebut. Selain itu juga, penangkapan ikan seperti pukat yang rusak dibiarkan diperairan dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem terumbu karang disekitar Pulau ini. 


“Berangkat dari permasalahan yang ada tersebut perlu untuk dilakukan perbaikan kondisi ekosistem terumbu karang di perairan Pulau Ketawai ini sehingga fungsinya sebagai feeding ground, nursery ground dan spawning ground bagi organisme laut dapat terjaga dan dapat bermanfaat untuk nelayan dan wisatawan,” ungkapnya (29/10/23).


Lebih lanjut, Rizza mengungkapkan bahwa kegiatan rehabilitasi ini menggunakan terumbu buatan atau artificial reefs atau terumbu buatan yang memanfaatkan Fly Ash Botom Ash (FABA) dari limbah batu bara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap Air Anyir Bangka. Selain itu, bahan yang digunakan untuk membuat terumbu buatan jaring sebagai bahan rangka yang dapat didesain sesuai keinginan dan masih dalam nilai estetetika lingkungan serta bernilai ekologis. 


Kegiatan pengabdian ini belum pernah dilaksanakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terutama pemanfaatan FABA dalam pembuatan terumbu karang buatan (artificial reefs). Namun, penggunaan FABA ini masih akan diujicoba kembali, terutama komposisi campuran FABA-semen-pasir yang digunakan.


“Mengapa disebut artificial reefs atau terumbu buatan (TKB), karena TKB adalah material atau bangunan berupa struktur benda-benda keras yang ditempatkan dari darat ke laut terutama pada dasar perairan yang tidak produktif. Artificial reefs mirip dengan fish shelter, namun perbedaannya ada pada fungsinya. Terumbu buatan dimanfaatkan untuk menempelnya larva planula karang, sedangkan fish shelter/apartemen ikan digunakan untuk mengumpulkan ikan,” sebutnya. 

“Mengapa bukan transplantasi karang? Karena, transplantasi adalah hasil dari reproduksi aseksual karang yang menghasilkan individu-individu yang berasal dari terfragmentasinya (patah, terpotong) percabangan karang sehingga hasil transplantasi bukanlah keturunan atau anak dari karang yang ditransplantasi. Oleh karena itu, kami mencoba melakukan rehabilitasi/restorasi ekosistem karang yang lebih ramah terhadap hewan laut, terutama karang itu sendiri. Selain itu, metode rak besi yang sering digunakan dalam transplantasi akan cepat korosi sehingga dapat menjadi sampah didasar laut.,” tambah Rizza.


Sementara itu, Henri menyebutkan terumbu karang buatan (TKB) berfungsi sebagai habitat biota laut yaitu untuk meningkatkan kelimpahan sumber daya perikanan, pelindung pantai, alat pemecah gelombang, tempat rekreasi (surfing, fishing, snorkeling dan diving). 


“Tujuan ditenggelamkannya TKB ini adalah untuk: 1) Mempercepat proses restorasi dan rehabilitasi terumbu karang yang rusak (penyembuhan SD Perikanan), 2) meningkatkan aktivitas koloni (spons, karang, anemone, alga, dll), 3) Mempersiapkan pantai sebagai pusat rekreasi, 4) Menjaga kelestarian sumberdaya hayati,” paparnya.


Diharapkan dengan adanya TKB ini dapat menjadi lahan baru mencari nafkah, melindungi perairan pantai (Alat tangkap non selektif, abrasi, dll), dan menyediakan tempat menempelnya larva karang. Artificial reefs merupakan tempat untuk menepelnya larvae karang, sehingga proses penenggelaman ini sebaiknya dilakukan mengikuti fase karang akan melakukan spawning karang atau reproduksi seksualnya.


Bentuk TKB yang ditenggelamkan adalah seperti kartun karakteristik Spongebob. Dimana, terdapat spongebob, Patrick dan rumah keduanya. Diharapkan dengan dilakukannya penenggelaman ini dapat menambah minat dari wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Ketawai ini. Selain itu, dapat meningkatkan aktivitas organisme yang hidupnya bergantung dengan ekosistem terumbu karang ini. 


Rizza juga memaparkan bahwa TKB ini bukan yang pertama ditenggelamkan, ditahun 2017 dirinya yang kebetulan anggota KNPI Prov. Kep. Bangka Belitung menenggelamkan TKB berbentuk rumah, kemudian berbentuk Corona di tahun 2020 dan 2021, dan Kelompok koservasi Desa Kurau dengan bentuk gorong-gorong di tahun 2018. Hasil TKB ini sedang diteliti mahasiswa, dan secara umum, dari pertama ditenggelamkan hingga saat ini sudah banyak ditumbuhi karang baik Acropora, maupun karang-karang massif lainnya. Untuk metode ini akan kami patenkan nanti, namun masih sangat panjang proses paten ini.



Gambar : Bentuk TKB yang ditenggelamkan adi perairan Pulau Ketawai, Bangka Tengah


Terumbu buatan ini ditenggelamkan di kedalaman 5 meter. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas organisme laut, terutama menyediakan tempat untuk larva planula melayang karang untuk menempel ketika masa reproduksinya. Hal ini juga yang membedakan fish shelter dengan TKB, karena idealnya fish shelter ditenggelamkan dikedalaman lebih dari 15 meter dan maksimal dikedalaman 30 meter karena peruntukannya mengumpulkan ikan, sedangkan TKB untuk menempelnya terumbu karang.

“Kami terbuka untuk setiap kalangan atau penggiat wisata maupun perusahaan jika ingin berkolaborasi khususnya tentang rehabilitasi terumbu karang dan menjaga keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut di Kepulauan Bangka Belitung. Kami juga akan menyiapkan bentuk TKB sesuai dengan daerah di Kepulauan Bangka Belitung jika dibutuhkan,” pungkasnya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada UBB yang sudah memberikan kesempatan Tim kami untuk terlibat dalam kegiatan pengabdian tahun 2023 mudah-mudahan tahun depan kami akan tetap berinovasi, terima kasih juga kami sampaikan kepada Pemerintah Desa Kurau Barat dan PLTU Air Anyir Bangka yang sudah ikut serta dalam pemulihan kondiri ekosistem terumbu karang di Pulau Ketawai, semoga kerja sama ini akan terus dilakukan ditahun- tahun berikutnya baik dalam kegiatan pengabdian maupun penelitian. (Tim PMTU).
 

UBB On The Road

Berita UBB

UBB Perspectives